Blog tentang Telur Konsumsi Semoga Bermanfaat Buat semua

12 Oktober 2009

MANFAAT TELUR PADA ANAK USIA SEKOLAH

Jangan pernah meremehkan telur. Telur sangat penting untuk dikonsumsi oleh anak usia sekolah. Karena cukup dengan dua butir telur setiap hari, perkembangan IQ dapat terbantu. Selain itu, telur juga dapat mengobati penyakit defisiensi yodium yang banyak diderita oleh siswa di daerah pegunungan.

Demikian dikatakan ahli gizi Fakultas Kedokteran (FK) UGM, Toto Sudargo, S.K.M., M.Kes., saat memaparkan hasil penelitiannya kepada wartawan, Senin (5/10), di FK UGM. Menurut staf pengajar Jurusan Gizi Kesehatan FK UGM ini, dari penelitian yang dilakukannya pada siswa sekolah dasar di daerah pegunungan Wonosobo dan Wonogiri, Jawa Tengah, didapatkan hasil bahwa dampak kekurangan yodium dapat menurunkan IQ 10-15 persen. “Ketika di-treatment dengan telur, bisa menambah IQ sekitar 20 persen,” kata Sudargo.

Dijelaskannya bahwa rata-rata anak sekolah di seluruh Indonesia, sekitar 35-65 persen masih kekurangan gizi, terutama defisiensi yodium. Di daerah Wonosobo dan Wonogiri, menurut Sudargo, sekitar 19 hingga 33 persen siswa sekolah kekurangan yodium. Pemanfaatan telur sangat baik untuk dikonsumsi karena daya serap satu butir telur yang beratnya 60 gram mengandung 7-8 gram protein, sementara kebutuhan anak sekolah adalah 45 gram protein. “Sangat perlu untuk konsumsi telur, apalagi kalau digoreng, karena ada tambahan 10 gram protein akan menambah 110 kilo kalori,” jelasnya.

Sementara itu, penelitian lain dilakukan oleh Kepala Prodi Jurusan Gizi Kesehatan FK UGM, dr. Emy Huriyati, M.Kes. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa siswa SMP di perkotaan DIY, sedikitnya 10 persen terkena obesitas. “Dalam penelitian yang dilakukan pada 77 siswa ini, sekitar 55 persen sudah mengalami sindrom metabolisme, gejala awal munculnya penyakit degeneratif,” katanya.

Peneliti lainnya, Ketua Umum Asosiasi Dietisien Indonesia (AsDI), Martalena Purba, M.C.N., Ph.D., mengatakan masalah gizi ganda, yakni gizi lebih dan gizi kurang, menyebabkan kualitas penduduk Indonesia masih kurang, terutama pada anak balita, ibu hamil, lansia, dan siswa sekolah. “Pada masyarakat bawah terasa sekali sehingga prevalensinya meningkat,” tandasnya.

Menurut penelitian Martalena, gizi buruk sering terjadi dalam masa-masa tertentu, misalnya sebagai dampak kenaikan harga BBM dan perubahan iklim global yang menyebabkan perubahan siklus panen. Di samping itu, sering datangnya bencana menyebabkan semakin bertambahnya jumlah penderita gizi kurang pada kelompok yang rentan. (Humas UGM/Gusti Grehenson)


Anatomi Telur